BAHAN
AJAR
TELAAH KURIKULUM KIMIA II
“SISTEM PERIODIK UNSUR”
OLEH
NAMA
: AFIAT MUHAMMAD
NPM
: 032 911 003
KELAS
:
A
SEMESTER :
VI (ENAM)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
KHAIRUN
2014
TABEL PERIODIK UNSUR
Dalam usaha untuk memudahkan
mempelajari unsur-unsur dengan baik dan teratur perlu adanya suatu sistem
klasifikasi unsur-unsur yang baik berdasarkan pada persamaan sifat-sifatnya.
Usaha untuk mengklasifikasikan unsur-unsur telah dilakukan oleh Lavoisier yaitu
dengan cara mengelompokkan unsur-unsur atas unsur logam dan bukan logam, karena
pada waktu itu baru dikenal 21 unsur tidak mungkin bagi Lavoisier untuk
mengelompokkan unsur lebih lanjut. Sejak awal abad 19 setelah Dalton mengemukakan
teori atomnya, orang berusaha mengklasifikasikan unsur berdasarkan teori ini,
walaupun teori Dalton tidak mengandung hal-hal yang menyangkut
pengklasifikasianunsur, tetapi teori ini telah mendorong orang untuk mencari
hubungan antara sifat-sifat unsur dengan atom. (Pada waktu itu berat atom
merupakan sifat yang dapat dipakai
untuk membedakan atom suatu unsur dengan atom unsur lain).
Sistem klasifikasi yang menghubungkan sifat unsur dengan massa atom relatif
dikemukakan oleh Dobereiner (1817) yang dikenal dengan Triade. Kemudian
pada tahun 1863, Newlands mengusulkan hukum oktaf sebagai suatu
sistem klasifikasi unsur-unsur. Daftar yang disusun oleh Newlands ini sangat
tidak sempurna, karena tidak memperhitungkan unsur-unsur yang belum ditemukan
pada waktu itu. Sistem klasifikasi yang hampir mendekati kesempurnaan baru
diperoleh ketika dua ilmuwan kimia yaitu Yulius Lothar Meyer (Jerman)
dan Dimitri Mendeleyev (Rusia) pada tahun 1869 menemukan hubungan yang
lebih jelas antara sifat unsur dan massa atom. Lothar Meyer menyusun sistem
klasifikasi ini berdasarkan sifat-sifat fisika sedangkan Mendeleyev berdasarkan
sifat kimia, maka dunia mengakui Mendeleyevlah orang pertama yang berhasil
menyusun sistem klasifikasi unsur dalam bentuk tabel, yang kita kenal sebagai
sistem periodik Mendeleyev. Mendeleyev menyusun suatu sistem kartu. Pada setiap
kartu ditulisnya nama unsur, massa atom, dan sifatsifatnya. Kemudian kartu
diatur dan diubah-ubah kedudukannya sehingga diperoleh susunan yang teratur.
Pada saat ia menyusun sistem klasifikasi ini baru dikenal 65 unsur dan gas
mulia belum dikenal. Suatu kesimpulan yang diperolehnya adalah suatu
keteraturan yang disebut Hukum periodik. Mendeleyev menyatakan, sifat
unsur merupakan fungsi periodik dari berat atomnya. Kelebihan Mendeleyev ialah
keyakinan akan ramalannya tentang unsur yang belum ditemukan dan memperbaiki
massa atom unsur yang dianggap tidak tepat. Salah satu hal yang menunjukkan
kelemahan dari daftar Mendeleyev ialah jika unsur-unsur disusun menurut
kenaikkan massa atomnya, ada beberapa unsur yang salah letaknya. Misalnya:
tempat iodin dan telurium terbalik.
Empat puluh tahun kemudian Henry
Moseley berhasil menemukan cara menentukan nomor atom unsur. Kemudian
Moseley mencoba menyusun unsur dengan urutan nomor atomnya, ternyata bahwa urutan
ini identik dengan daftar unsur Mendeleyev. Perbedaannya ialah beberapa unsur
yang pada tabel Mendeleyev terbalik seperti I dan Te, dalam tabel ini tepat
pada tempatnya.
Pengelompokan unsur-unsur berdasarkan kemiripan sifat mengalami
perkembangan dari yang paling sederhana hingga modern. Sejarah perkembangan
tersebut diuraikan pada materi berikut.
A.
Perkembangan Dasar Pengelompokan Unsur-unsur
1.
Pemgelompokan Unsur Berdasarkan Logam dan Non Logam
Para ilmua arab dan persia membagi unsur-unsur mejadi dua
kelompok, yaitu lugham (logam) dan Laysa Lugham (bukan logam) pengelompokan
unsur-unsur menjadi logam dan bukan logam berlangsung sampai abad – 19.
2. Hukum
Triade Dobereiner
Pada tahun 1829, Johan Wolfgang Dobereiner melihat
adanya kemiripan sifat yang ada. Ternyata tiap kelompok terdiri atas tiga
unsur, sehingga disebut Triade.
Jika unsur-unsur dalam satu triade tersebut disusun
menurut kenaikan massa atom-atomnya, terutama massa atom maupun sifat-sifat
unsur yang kedua merupakan rata-rata dari massa atom unsur pertama dan ketiga.
Penemuan ini memperlihatkan adanya hubungan antara massa atom dengan
sifat-sifat unsur.
Kelemahan pengelompokan ini terletak pada kenyataan
bahwa jumlah unsur yang memiliki kemiripan sifat tidak hanya 3 buah.
Tabel Daftar Triade Doberreiner
3. Hukum
Oktaf Newlands
Tahun 1864, A.R. Newlands mengunakan
penemuannya yang disebut hukum oktaf. Unsur-unsur tersebut disusun berdasarkan
kanaikan massa atom relatifnya. Ternyata unsur-unsur yang berselisih 1 oktaf
(unsur nomor 1 dengan 8, unsur nomor 2 dengan 9, dst) menujukkan kemiripan
sifat atau bisa dikatakan terjadi perubahan sifat unsur yang teratur
Kecendrungan tersebut dinyatakan
sebagai hukum Oktaf Nweland, yaitu : jika unsur disusun berdasarkan kenaikan
massa atom maka sifat unsur tersebut akan berulang setelah unsur kedelapan.
Tabel pengelompokan unsur dalam Oktaf Newlands
Pada daftar Oktaf Newlands disusun, unsur-unsur gas
mulia belum ditemukan ternyata pengelompokan ini hanya sesuai untuk unsur-unsur
ringan (Ar rendah).
4. Hukum
Mendeleyev
Tahun 1869. Sarjana bangsa Rusia
Dmitri Ivanovich Mendeleyev berdasarkan pengamatan terhadap 63 unsur yang sudah
dikenal saat itu, menyimpulkan bahwa sifat-sifat unsur fungsi periodik
dari massa atom relatifnya. Hal itu berarti jika unsur-unsur disusun menurut
kanaikan massa atom relatif, sifat-sifat tertentu akan berulang secara
periodik.
Mendeleyev juga membuat suatu daftar
periodik unsur. Unsur-unsur yang mempunyai persamaan sifat ditempatkan dalam
satu lajur vertikal yang disebut golongan. Dalam mengelompokkan unsur – unsur
yang mempunyai persamaan sifat ditempatkan dalam satu lajur vertikal yang
disebut golongan.
Dalam mengelompokan unsur-unsur,
medeleyev lebih menekakankan pada persamaan sifat unsur dibandingkan dengan
kenaikan massa atom relatif, sehingga terdapat tempat-temat kosong dalam tabel
periodik tersebut. Tempat-tempat kosong ini yang kemudian diramalkan akan diisi
unsur-unsur yang waktu itu belum ditemukan. Dikemudian hari ramalan itu
terbukti dengan menenukan unsur-unsur yang mempunyai sifat-sifat yang mirip
sesuai ramalanya.
Kelemahan Tabel Periodik Mendeleyev sebagai berikut.
- Penempatan unsur tidak sesuai dengan kenaikan massa atom relatif karena mempertahankan kemiripan sifat unsur dalam satu golongannya.
- Masih banyak unsur yang belum dikenal pada massa itu sehingga dalam tabel terdapat banyak tempat kosong.
Tabel Periodik Mendeleyev
5. Tabel
Periodik Modren
Tahun 1914, Henry G. J. Moseley menemukan bahwa unsur
dalam tabel periodik sesuai kenaikan nomor atom. Tabel periodik modren yang
disebut juga tabel periodik bentuk panjang, disusun menurut kenaikan nomor atom
dan kemiripan sifat. Tabel periodik modren ini dapat dikatakan sebagai
penyempurnaan Tabel Perodik Mendeleyev.
Tabel Periodik bentuk panjang terdiri atas lajur
vertikal (golongan) yang disusun menurut kemiripan sifat dan lajur horizontal
(periode) yang disusun berdasarkan kenaikan nomor atomnya.
- Lajur vertikal (golongan) ditulis dengan angka Romawi terdiri atas 18 golongan.
- 1) Golongan A (Golongan Utama)
- IA : Alkali
IIA
: Alkali Tanah
IIIA :
Aliminium
IVA :
Karbon
- VA : Nitrogen
VIA :
Kalkogen
VIIA : Haologen
VIIIA (o)
: gas mulia
2) Golongan
Transisi/Golongan Tambahan Golongan B), terbagi atas:
a) Golongan Transisi
(Gol.B), yaitu : IIB, IVB, VB, VIB, VIIB, VIIIB (VIII), IB, dan IIB.
b) Golongan Transisi
Dalam, ada dua deret yaitu :
1) Deret Lantanida
(unsur dalam deret ini mempunyai kemiripan sifat dengan
2) Deret Aktinida (unsur
dalam deret ini mempunyai kemiripan sifat dengan
Pada periode 6 golongan IIIB
terdapat 14 unsur yang sangat mirip sifatnya, yaitu unsur-unsur Lantanida.
Demikian juga pada periode 7 yaitu unsur-unsur Aktinida. Supaya tabel ini tidak
terlalu panjang, unsur-unsur tersebut ditempatkan tersendiri pada bagian bawah
sistem periodik
Golongan B terletak di antara Golongan IIA dan
IIIA.
Unsur-unsur yang berada dalam satu golongan mempunyai
persamaan sifat karena mempunyai elektron valensi (elekron di kulit terluar)
yang sama.
- Lajur Horizontal (Periode) ditulis dengan angka Arab terdiri atas 7 periode
Periode 1 berisi 2 unsur
Periode 2 berisi 8 unsur
Periode 3 birisi 8 unsur
Periode 4 berisi 18 unsur
Periode 15 berisi 18 unsur
Periode 6 berisi 32 unsur
Periode 7 berisi 23 unsur (belum lengkap)
Tabel Periodik Unsur
B. Hubungan
Sistem Konfigurasi Elektron dengan Letak Unsur dalam Tabel Periodik Unsur
·
Sistem Periodik dan
Hubungannya dengan Konfigurasi Elektron dalam Atom
Sistem periodik panjang merupakan
sistem periodik Mendeleyev versi modern. Dalam sistem periodik panjang
unsur-unsur disusun berdasarkan urutan nomor atomnya, bukan berdasarkan massa
atomnya seperti pertama kali diajukan oleh Mendeleyev dan Lothar Meyer. Dalam
sistem periodik panjang unsur-unsur dibagi atas lajur-lajur vertikal (golongan)
dan deret-deret horizontal (periode). Sistem periodik panjang pertama kali
dikenalkan oleh J. Thomson pada tahun 1895.
1. Periode
Sistem periodik panjang terdiri atas 7
periode. Setiap periode dimulai dengan pengisian orbital ns dan diakhiri
dengan np sampai terisi penuh. Nomor periode dari atas ke bawah
menunjukkan kuantum utama terbesar yang dimiliki oleh atom unsur yang bersangkutan.
Contoh:
Unsur 40Zr konfigurasi elektronnya: 1s2 2s2 2p6
3s2 3p6
4s2 3d10 4p6 5s2 4d2
Harga n terbesar dalam konfigurasi ini ialah 5. Unsur
40Zr adalah unsur periode 5. Berdasarkan jumlah unsur yang ada pada ketujuh
periode dalam sistem periodik panjang, dibedakan atas periode pendek, periode
panjang, dan periode belum lengkap.
a. Periode pendek
Periode pendek terdiri atas periode 1,
2, dan 3. Periode pertama terdiri atas 2 unsur, yaitu unsur hidrogen dan
helium. Periode kedua terdiri atas 8 unsur, mulai dari litium dan berakhir pada
neon. Pada periode ini elektron mulai mengisi orbital 2s dan 3 orbital 2p
sampai penuh. Periode ketiga terdiri dari 8 unsur mulai
dari natrium dan berakhir pada argon. Pada periode ini elektron
mulai mengisi orbital 3s terus sampai 3 orbital 3p terisi penuh
sesuai dengan aturan Aufbau. Pada periode ketiga, orbital 3d tidak
terisi elektron, karena orbital 3d tingkat energinya lebih tinggi dari
orbital 4s.
b. Periode panjang
Periode panjang terdiri atas periode
4, 5, dan 6. Pengisian elektron pada periode ke-4 mulai dari 4s sampai
dengan 4p. Berbeda dengan pengisian elektron pada periode pendek yaitu
setelah orbital 4s terisi penuh elektron. Selanjutnya elektron mengisi
orbital 3d, baru kemudian orbital 4p terisi elektron.
Pengecualian pada pengisian elektron pada atom kromium dan tembaga (lihat
aturan orbital penuh dengan setengah penuh). Dengan demikian periode ke-4 ini
terisi 18 unsur.Seperti halnya pengisian elektron periode 4, pengisian elektron
unsur-unsur periode 5, yaitu elektron-elektron mulai mengisi orbital 5s,
kemudian 4d, dan akhirnya orbitalorbital 5p, pengecualian pada
unsur Mo dan Ag, karena terkena aturan pengisian orbital penuh dan setengah
penuh. Berbeda dengan pengisian elektron unsur-unsur periode 4 dan 5, pada
pengisian elektron unsur periode 6. Setelah elektron mengisi penuh orbital 6s,
kemudian 1 orbital 5d diisi elektron. Selanjutnya yang terisi elektron
adalah orbital-orbital 4f menghasilkan deretan unsur - unsur lantanida.
Selanjutnya elektron mengisi kembali orbital-orbital 5d dan akhirnya
orbital-orbital 6p. Maka pada periode 6 ini terdapat 32 unsur yang
terdiri atas 8 unsur utama, 14 unsur lantanida, 10 unsur peralihan.Pengisian
elektron pada unsur-unsur periode 7 sama seperti pengisian elektron pada
periode 6 yaitu setelah 7s terisi penuh elektron mengisi 1 orbital 6d,
kemudian elektron mengisi orbital-orbital 5f, menghasilkan deretan
unsur-unsur aktinida, selanjutnya elektron akan mengisi orbital 6d berikutnya.
c. Periode belum lengkap
Periode yang terakhir dalam sistem periodik panjang yaitu
periode 7, disebut juga sebagai periode belum lengkap, karena masih banyak
kolom-kolom yang kosong belum terisi oleh unsur diharapkan masih ada unsur
transisi pada periode ini yang belum ditemukan orang.
2. Golongan
Pada sistem periodik panjang ada 8
golongan unsur yang masing-masing dibagi atas golongan utama (A) dan golongan
peralihan/transisi (B). Untuk lebih jelasnya marilah kita lihat bagan sistem
periodik panjang yang memperlihatkan bahwa unsur-unsur dibagi atas 4 blok yaitu
blok s, blok p, blok d, dan blok f, berdasarkan
letak elektron yang terakhir pada orbitalnya dalam konfigurasi elektron unsur
yang bersangkutan.

Sesuai dengan aturan pengisian elektron dalam orbital-orbital
ternyata bahwa jumlah elektron valensi suatu unsur sesuai dengan golongannya.
Unsur-unsur dalam sistem periodik dikelompokkan dalam blok-blok sebagai
berikut.
a. Unsur blok s (golongan IA dan IIA)
Dalam konfigurasi elektron unsur,
elektron terakhir terletak pada orbital s. Nomor golongannya ditentukan
oleh jumlah elektron pada orbital s yang terakhir.
Contoh:
Konfigurasi elektron:
11Na : 1s2 2s2 2p6 3s1
Golongan IA
20Ca : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2
Golongan IIA
b. Unsur-unsur blok p (golongan IIIA sampai dengan
golongan 0)
Dalam konfigurasi elektron unsur,
elektron yang terakhir terletak pada orbital p. Nomor golongan
ditentukan oleh banyaknya elektron pada orbital p terakhir 2 (jumlah
elektron valensinya).
Contoh:
13AI : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p1
elektron pada orbital p terakhir = 1
Jadi, unsur 13AI terletak pada golongan (1 + 2) = IIIA,
elektron valensi 13AI ialah elektron yang terletak pada
kulit ke-3, yaitu 3s dan 3p sebanyak 2 + 1 = 3.
c. Unsur-unsur blok d (golongan IB sampai dengan
golongan VIII)
Dalam konfigurasi elektron unsur, elektron yang terakhir
terletak pada orbital d. Nomor golongan ditentukan oleh banyaknya
orbital s terdekat. (Jika dalam konfigurasi elektron unsur, tidak
terkena aturan orbital penuh atau setengah penuh, nomor golongan = jumlah
elektron pada d terakhir ditambah 2).
1) Jika jumlah elektron pada orbital d terakhir dan
elektron pada orbital s terdekat kurang dari 8, maka nomor golongan
adalah jumlah elektron tersebut.
Contoh:
23V : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2
3d3
- elektron pada d terakhir = 3
- elektron pada s terdekat = 2
Jadi, 23V unsur golongan VB.
2) Jika jumlah elektron pada d terakhir dan elektron pada
s terdekat = 8, 9, atau 10, maka unsur yang bersangkutan golongan VIII.
Contoh:
27Co : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2
3d7
- elektron pada d terakhir = 7
- elektron pada s terdekat = 2
Jadi, 27Co unsur golongan VIII.
3) Jika jumlah elektron pada d terakhir dan elektron pada
s terdekat lebih dari 10, maka nomor golongan adalah jumlah d + s
dikurangi 10.
Contoh:
29Cu : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1
3d10
- elektron pada d terakhir = 10
- elektron pada s terdekat = 1
Jadi, 29Cu unsur golongan (11 – 10) = IB
30Zn : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2
3d10
- elektron pada d terakhir = 10
- elektron pada s terdekat = 2
Jadi, 30Zn unsur golongan (12 – 10) = IIB
d. Unsur-unsur blok f (golongan lantanida dan aktinida)
Dalam konfigurasi elektron unsur, elektron yang terakhir
terletak pada orbital f. Jika harga n terbesar dalam konfigurasi
elektron tersebut = 6 (periode 6). Unsur tersebut adalah unsur golongan
lantanida. Jika harga n terbesar dalam konfigurasi elektron tersebut =
7, unsur tersebut adalah unsur golongan aktinida.
Contoh:
63Eu : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2
3d10 4p6 5s2 4d10 5p6 6s2 4f 7
Elektron terakhir terletak pada orbital f. Harga n terbesar
= 6.
Jadi, 63Eu adalah unsur golongan lantanida. Penulisan konfigurasi
elektron berdasarkan konfigurasi elektron gas mulia.
a. Konfigurasi elektron 45Rh
Gas mulia yang terdekat dengan unsur nomor 45 ialah
kripton dengan nomor atom = 36, maka elektron yang akan kita
konfigurasi 45 – 36 = 9. Karena kripton unsur
periode 4, maka konfigurasi dimulai dari orbital 5s.
Menuliskan konfigurasi:
45Rh : (Kr) 5s2 4d7
b. Konfigurasi elektron 100Fm
Gas mulia yang terdekat ialah Rn dengan nomor atom 86. Jumlah
elektron yang akan dikonfigurasi 100 – 86 = 14. Karena Rn terletak pada periode
6, maka konfigurasi dimulai dari orbital 7s. Menuliskan konfigurasinya:
100Fm: (Rn) 7s2 6d1 5f11
Menentukan Letak Unsur dalam Sistem Periodik
Urutan-urutan unsur dalam sistem
periodik sesuai dengan konfigurasi elektron menurut aturan Aufbau. Oleh karena
itu, dengan mengetahui nomor atom atau susunan elektron suatu unsur, kita akan
dapat menentukan letak unsur itu dalam sistem periodik. Bilangan kuantum utama
untuk orbital s dan p sama dengan nomor periodenya sehingga dapat
ditulis sebagian ns dan np, untuk orbital d nomor
periodenya adalah kurang satu atau (n – 1)d sedangkan untuk
orbital f adalah (n – 2)f. Hal ini berarti bahwa:
1. Apabila elektron terakhir suatu unsur mengisi orbital 4s atau
4p, maka unsur itu terletak pada
periode 4.
2. Apabila elektron terakhir dari suatu unsur mengisi orbital
4d, berarti unsur itu terletak pada periode 5.
3. Apabila elektron terakhir dari suatu unsur mengisi orbital 4f,
berarti unsur itu terletak pada periode 6. Hubungan jumlah elektron pada
orbital terakhir dengan nomor golongan adalah sebagai berikut.

Contoh soal:
Tentukan letak unsur-unsur dengan susunan elektron berikut dalam
sistem periodik!

·
Hubungan Sistem
Periodik dengan Elektron Valensi Unsur-unsur
Elektron valensi adalah elektron pada
kulit terluar atau elektron yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan.
Unsurunsur pada satu golongan mempunyai jumlah elektron valensi yang sama.
Ciri-ciri elektron valensi menurut golongannya dapat dilihat pada tabel 1.4
berikut.
Tabel 1.4 Ciri khas elektron
valensi menurut golongan

Unsur-unsur golongan utama mempunyai
elektron valensi sama dengan nomor golongannya. Misalnya: semua unsur golongan
VIIA mempunyai elektron valensi = 7 (ns2 + np5). Unsur - unsur
transisi mempunyai elektron valensi ns2, (n – 1)d1 10.
Perhatikan
konfigurasi elektron Golongan IA berikut.
Golongan IA
Perhatikan juga konvogurasi elektron periode berikut
Periode dua
Berdasarkan konfigurasi elektron
unsur-unsur tersebut dapat ditarik hubungan antara konfigurasi elektron dengan
letak unsur (nomor golongandan periode) dalam tabel periodik sebagai berikut.
- Jumlah elektron valensi : nomor golongan
- Jumlah kulit elektron : nomor Periode
Pengecualian terjadi pada helium, elektron valensinya
2 tetapi terletak pada golonga gas mulia (VIIIA).
C. Sifat
–sifat Unsur dan Mass Atom Relatif (Ar)
1. Sifat-sifat Unsur
Dengan mengetahui letak periode dan
golongan suatu unsur dalam tabel periodik, kita dapat mengetui sifat-sifat
unsur tersebut. Nomor atom menentukan jumlah elektron dan jumlah elektron
menentukan konfogurasi elektron yang menentukan periode dan golongan unsur.
Sementara itu, periode dan golongan mentukan sifat-sifat unsur
Sifat-sifat unsur dibedakan menjadi
dua, yaitu unsur logm dan nonlogam. Unsur logam dan nonlogam menempati posisi
yang khas didalam tabel periodik. Unsur-unsur logam terdapt di sebelah
kanan tabel periodik.
Ditinjau dari konfigurasi elektron,
unsur logam cendrung melepaskan elektron (energi ionisasi kecil), sedangkan
unsur nonlogam menangkap elektron (keelektronegatifan besar). Pada tabel
periodik. Sifat-sifat logam semakin ke bawah semakin bertambah sedangkan
semakin ke kanan semakin berkurang.
Unsur bagian kiri tabel periodik (IA
dan IIA) memiliki sifat logam paling kuat, sedangkan unsur-unsur paling kenan
(VIIA) mempunyai sifat nonlogam paling kuat. Antara unsur logam dan nonlogam
sekaligus.
2. Massa Aeom Relatif
Massa satu atom atau massa satu
molekul zat memiliki satuan massa atom (sma). Penentuan massa atom dilakukan
dengan cara membandingkan massa atom yang akan ditentukan terhadapa massa atom
unsur yang massanya telah ditetapkan (massa atom acuan). Dengan cara ini massa
setiap atom dapat ditentukan.
Pada tahun 1825, Jons Jacob
Berzelius mendifinisikan massa atom suatu unsur sebagai perbandingan massa satu
unsur tersebut terhadap massa satu atom hidrogen. Jika ada pertanyaan bahwa
massa atom karbon = 12, maka bisa diartikan bahwa satu atom katbon 12 kali
lebih besar daripada massa satu atom hidrogen.
D. Sifat
Keperiodikan Unsur
Sifat keperiodikan unsur adalah
sifat-sifat yang berubah secara beraturan sesuai dengan kenaikan nomor atom
unsur.
1. Jari-jari Atom
Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom sampai
kulit elektron terluar.
- Dalam satu golongan dari atas kebawah jari – jari atom semakin besar.
- Dalam satu periode dari kiri ke kanan, jari-jari atom semakin kecil
Penjelasan :
- Dalam satu golongan dari atas ke bawah, kulit atom bertambah (ingat jumlah kulit=nomo periodik), sehingga jari-jari atom juga bertambah besar.
- Dari kiri ke kanan, jumlah kulit tetap tetapi muatan inti (nomor atom) dan jumlah elektron pada kulit bertambah. Hal tersebut mengakibatkan gaya tarik-menarik antara inti dengan kulit elektron semakin besar sehingga jari-jari atom makin kecil.
Tabel jari-jari Atom Beberapa Unsur
2. Energi Ionisasi
Energi ionisasi adalah energi
minimum yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari suatu atom netral dalam
wujud gas. Energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron kedua disebut
energi ionisasi adalah energi ionisasi pertama
Dapat disimpulkan keperiodikan energi ionisasi sebagai
berikut.
- Dalam satu golongan dari atas ke bawah energi ionisasi semakin berkurang
- Dalam satu golongan dari kiri kekanan energi ionisasi cendrung bertambah.
Kecendrungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut
- Dari atas kebawah dalam satu golongan jari-jari atom bertambah sehingga daya tarik inti terhadap elektron terluar semakin kecil. Elektron semakin mudah dilepaskan dan energi yang diperlukan untuk melepaskan makin kecil.
- Dari kiri kekanan dalam satu periode, daya tarik inti terhadap elektron semakin besar sehingga elektron semakin sukar dilepas. Energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron tentunya semakin besar.
Tabel energi Ionisasi Pertama Unsur-Unsur dalam Tabel
Periodik Unsur (Kj/mol)
3. Afinitas Elektron
Afinitas elektron adalah besarnya
energi yang dibebaskan satu atom netral dalam wujud gas pada waktu menerima
satu elektron sehingga terbentuk ion negatif.
- Dalam satu golongan dari atas kebawah afinitas elektron semakin kecil.
- Dalam satu periode dari kiri ke kanak afinitas elektron semakin besar.
Penjelasan.
Apabila ion negatif yang terbentuk
stabil, energi dibebaskan dinyatakan dengan tanda negatif (-). Apa bila ion
negatif yang terbentuk tidak stabil, energi diperlukan / diserap dinyatakan
dengan tanda positif (+).
Kecendrungan dalam afinitas elektron lebih bervariasi
dibandingan dengan energi ionisasi
Tabel Harga afinitas Elektron
Beberapa Unsur (Kj/mol)
Unsur-unsur halogen (Gol. VIIA) mempunyai afinitas
elektron paling besar/paling negatif yang bearti paling mudah menerima
elektron.
Kecendrungan afinitas elektron menujukkan pola yang
sama dengan pola kecendrungan energi ionisasi.
Grafik kecenderungan afinitas elektron 20 unsur
pertama dalam TPU
4. Kelektronegatifan
Adalah suatu bilangan yang
menyatakan kecendrungan suatu unsur menarik elektron dalam suatu molekul
senyawa.
- Dalam sat golongan dari atas kebawah ke elektronegatifan semakin berkurang
- Dalam satu periodik dari kiri ke kanan ke elektronegtifan unsur-unsur.
Penjelasan :
Tidak ada sifat tertentu yang dapat
diukur untuk menentukan / membandingakan kelektronegatifan unsur-unsur.
Energi ionisasi dan afinitas eletron
berkaitan dengan besarnya daya tarik elektron. Semakin besar gaya tarik menarik
elektron semaikn besar energi ionisasi, juga semakin besar (semakin negatif)
afinitas elektron. Jadi, suatu unsur (misalnya Fluor) yang mempunyai energi
ionisasi dan afinitas elektron yang besar akan mempunyai keelektroniegatifan
yang besar.
Semakin besar keelektronegatifan,
unsur cendrung makin mudah membentuk ion negatif. Semakin kecil
keelektronegatifan, unsur cendrung makin sulit membentuk ion negatif, dan
cendrung semakin mudah membentuk ion positif.
Tabel Skala Elektronegativan
Unsur-unsur dalam Tabel Periodik Unsur.
DAFTAR
PUSTAKA
Brady,
JE.- Pudjaatmaka & Suminar (1994). Kimia Universitas Asas dan Struktur.
Jakarta: Erlangga
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. 1981. Petunjuk Praktikum Ilmu Kimia I
untuk SMA.
Jakarta.
Holman,
John R (1994). General Chemistry. John Wiley & Sons
Johson
S (2004). 1001 Plus Soal & Pembahasan Kimia. Jakarta: Erlangga
Karyadi,
Benny (1997). Kimia 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI
Keenan,
Charles W – Pudjaatmaka (1999). Ilmu Kimia Universitas. Jakarta: Erlangga
Klug,
S William, Cummings R. M. (1996). Essentials of Genetics. New Jersey: Prentice
Hall
Liliasari
(1995). Kimia 3. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI
Mulyono
HAM (1997). Kamus Kimia. Bandung: Ganeca Silatama
Petrucci,
Ralph H – Suminar (1999). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern.
Jakarta:
Erlangga
Purba,
Michael (1997). Ilmu Kimia untuk SMU kelas 2 jilid 2A dan 2B. Jakarta:
Erlangga
Purba,
Michael (1997). Ilmu Kimia untuk SMU kelas 3 jilid 3A. Jakarta: Erlangga
Sudarmo,
Unggul (2004). Kimia untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
Sunarya,
Yayan (2003). Kimia Dasar 2 : Prinsip-Prinsip Kimia Terkini. Bandung :
Alkemi
Grafisindo Press
Syukri
(1999). Kimia Dasar 1. Bandung : Penebit ITB